Kamis, 21 Juli 2011

Eps.8 Isa Al-Masih dalam Kristen dan Islam

EPISODE 8


Pembawa Acara: Hallo pemirsa yang saya kasihi, selamat datang kembali di episode baru program kami “Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman”. Senang sekali kalau kami bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan Anda dan merespon semua yang telah menjadi pemikiran Anda. Dan sebuah kehormatan bagi kami karena telah hadir bersama kami disini Bapak Zakaria Boutros untuk menjawab semua pertanyaan Anda. Selamat datang Bapak Zakaria.

Bapak Zakaria: Terima kasih banyak.

Pembawa Acara: kita akan memulai kembali diskusi kita tentang “Allah Firman yang hidup”. Kami mohon Bapak dapat mengulas kembali apa yang telah kita bicarakan, sehingga para pemirsa dapat tetap mengikuti diskusi kita. Silahkan Bapak Zakaria.

Bapak Zakaria: Sebenarnya keseluruhan topic dan diskusi adalah seputar pertanyaan “Siapakah Kristus dalam pemikiran Kekristenan?” Dan kami juga akan menggali nya dari sisi pemikiran Islam. Apakah ada perbedaan tentang pribadi Kristus dalam Kekristenan dan Islam? Itulah topic diskusi kita selama ini.

Masalah yang dihadapi kaum Muslim adalah bagaimana kita dapat mengatakan bahwa Kristus adalah Putera Allah? Hal itu sulit dicerna dan sulit diterima. Mengapa? Mereka yang berkeberatan terhadap pernyataan tersebut. Bagaimana mungkin Dia adalah Putera Allah? Hal itu disebabkan karena mereka mengartikannya secara harafiah. Oleh karena itu mereka tidak bisa menerimanya. Namun mengapa mereka mendiskusikannya kepada kita dan bertanya, apa yang kita maksudkan.

Sebenarnya beberapa dari mereka tidak ingin mendiskusikannya. Mereka hanya ingin berkeberatan. Mereka hanya ingin mengatakan bahwa kita salah, hanya itu. Tetapi saya percaya seratus persen bahwa banyak juga dari mereka yang ngin memahami kebenaran tanpa memperdulikan hal lain. Mereka ini yang ingin mengetahui kebenaran. Dan sepanjang pikiran bekerja, kebenaran akan ditemukan. Mereka akan memikirkan apakah hal itu benar atau tidak. Apa yang dipikirkan orang-orang Kristen tentang hal itu. Selama Anda memikirkannya, Anda harus bertanya.

Pembawa Acara: Ya harus.

Bapak Zakaria: Dan jika Anda bertanya, Anda akan mencari tahu. Dan jika Anda mencari tahu, Anda akan tiba pada …

Pembawa Acara: Kebenaran.

Bapak Zakaria: Kebenaran itu. Dan karenanya kami selalu ada untuk menjawab setiap orang yang bertanya tentang alasan kami tetap berharap dalam cinta dan kasih.

Pertanyaan Anda kepada saya dari awal adalah: Apakah doktrin kami tentang Kristus? Apakah penjelasan kami tentang Putera Allah? Dan siapakah Kristus itu? Apakah Dia Allah atau Manusia? Apakah Dia itu Putera Allah atau Putera Manusia? Dan tentu saja pernyataan tersebut bagi pemikiran Muslim agak sedikit membingungkan. Hal itu dimaklumkan karena mereka tidak hanya menyelediki tapi juga tidak membaca. Mereka hanya mendengar apa yang telah dikatakan.

Pembawa Acara: Mereka tidak hanya mendengar, Bapak, tetapi mereka benar-benar dibanjiri atas apa yang mereka dengar. Dan konsep-konsep penolakan terhadap penjelasan kita itu ditanamkan dalam pikiran-pikiran mereka.

Bapak Zakaria: Tentu Anda dapat mengenal dan mengungkapkan lebih baik dari kami, karena Anda berasal dari latar belakang yang sama dengan kami. Tetapi kami tidak pernah hidup dilingkungan sebuah keluarga Muslim. Sedangkan Anda telah hidup dilingkungan tersebut. Ketika mereka masih kanak-kanak, pikiran mereka diracuni. Hal ini dilakukan karena takut mereka akan meninggalkan Islam. Dan jika mereka meninggalkan Islam, Negara Islam akan jatuh ke tangan orang-orang Kristen dan Crusaders, seperti ketika kaum Israel datang dan menduduki Negara Arab. Dan itu akan menjadi pertengkaran yang besar.

Pembawa Acara: Benar-benar cerita yang dikarang-karang.

Bapak Zakaria: Tetapi Salahuddin Al-Ayyuby, seorang pembela Islam, mengatakan bahwa Crusaders tidak akan pernah pergi atas nama Kristus atau atas nama salib, karena salib adalah guillotine (pedang untuk memenggal kepala di Perancis), menjadi saksi atas pembunuhan Kristus. Salib tidak pernah menjadi senjata untuk menghilangkan nyawa orang lain. Bahkan konsep pemikiran para Crusaders sangat bertolak belakang dengan kepercayaan Kekristenan. Salib tidak ada hubungan sama sekali dengan hal itu.

Pembawa Acara: Mengatasnamakan itu salah.

Bapak Zakaria: Cerita itu berdasarkan aspirasi kolonial yang sangat jauh …

Pembawa Acara: dari prinsip Kekristenan.

Bapak Zakaria: Jauh dari roh Kekristenan. Dan sebagai bukti, Kristus mengatakan, “Barangsiapa yang ingin mengikut Aku, dia harus menyangkal dirinya sendri dan pikul salib”. Lalu apakah itu artinya kita memikul salib untuk menghilangkan nyawa orang? Sekali lagi Kristus berkata kepada ...

Pembawa Acara: Petrus

Bapak Zakaria: Pada malam mereka menangkap Yesus, Petrus mencabut pedangnya dan dia ingin membunuh mereka semua. Tetapi karena dia tidak memiliki kemampuan layaknya seorang teroris, yang dia hanya dapat lakukan adalah memotong telinga seorang dari mereka. Hanya itu.

Pembawa Acara: Dia benar-benar kehilangan kesadaran.

Bapak Zakaria:  Petrus terkejut, karena dia memang tidak terlatih untuk itu. Apakah Yesus bergantung pada senjata? Dia telah melatih murid-muridNya, tetapi bukan dengan cara seperti itu. Dia tinggal dengan mereka dalam damai dan kasih. Dia berkata “kasihilah musuhmu”. Dan bahkan setelah Petrus memotong telinga orang itu, Yesus menyembuhkannya. Dia merekatkannya kembali ketempatnya. Dan berkata “Petrus, dengarlah baik-baik. Pedang ini tidak akan pernah digunakan lagi dalam kepercayaanKu. Simpan kembali pedangmu ketempatnya. Dan barangsiapa yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Kita tidak bergantung pada pedang. Buanglah pedang itu. PedangKu adalah Firman Allah, kelemah lembutan, kebaikan hati, perkataan yang manis yang mengungkapkan kasih dan damai dari Allah, bukan pedang.

Jadi, para Crusaders itu bukan orang-orang Kristen. Mereka itu orang-orang kolonial yang menggunakan nama Kekristenan untuk mendapatkan perhatian orang dan para sukarelawan. Seperti kejadian di Irlandia. Perang yang telah terjadi antara Katolik dan Protestan. Walaupun sebenarnya agama-agama tersebut tidak berkaitan langsung dengan perang. Yang berperang itu hanya dua partai politik dan bukan dua agama.

Contoh lain di Jerman yang memiliki partai dengan nama Partai Demokratik Kristen. Itu adalah nama partai dan bukan agama. Sama halnya dengan yang di Irlandia. Tidak ada hubungannya dengan agama ataupun dua gereja yang sedang konflik antara satu sama lain.

Pembawa Acara: Anda tahu bahwa kaum Muslim juga bingung dengan penjelasan ini.

Bapak Zakaria: Tetapi mereka bisa dimaklumkan. Mereka menemukan nama-nama Kristen dan mereka menelan apa adanya, tanpa menggali dan menyelidiki.

Pembawa Acara: Ada perbedaan antara sikap atau perilaku dalam pengajaran Alkitab.

Bapak Zakaria: Kami sedang membicarakan beberapa prinsip disini. Dalam Alkitab kami, yang juga konstitusi kami, tidak ada prinsip perang. Kristus mengajarkan tentang damai: “Sedapat mungkin kamu hidup damai dengan semua orang.” Dan ketika di kayu salib, dan orang-orang menyalibkan Nya, Dia berkata, “Bapa, Bapa, ampuni kesalahan mereka.” Dan ketika Petrus ingin memenggal kepala orang itu dan ingin membunuhnya, Yesus berkata “Atau sangka mu, Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” Perang bukan merupakan keputusan yang bijaksana dan itu juga bukan cara kita. Tetapi ketika mereka memakai nama-nama tertentu untuk menyembunyikan kebangsaan mereka ataupun untuk tujuan menjajah, kaum Kristen benar-benar tidak bersalah.

Pembawa Acara: Bisakah kita melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, Bapak Zakaria? Salah satu saudara Muslim kita bertanya: Apakah pantas mengatakan hal ini tentang Allah? Apakah pantas menyebut Dia adalah Putera Allah?

Bapak Zakaria: Sebenarnya ini pertanyaan yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya mengenai kata ‘Putera Allah’ yang mereka artikan secara harafiah yang berarti putera yang lahir dari sebuah hubunga perkawinan.

Tetapi apa yang ingin saya katakana disini kepada saudara-saudara saya yang beragama Muslim yang saya kasihi, untuk bersama-sama kita menelaah dan melihat bagaimana konsep pemikiran Islam tentang Allah. Cara apakah yang pantas untuk menyebutNya?
Contoh sebagai berikut: Allah berkata, “Orang-orang miskin ini adalah anak-anakKu.”

Pembawa Acara: Apakah itu Bapak? Sebuah tradisi ilahi?

Bapak Zakaria: Ya sebuah tradisi ilahi. “Orang-orang miskin ini adalah anggota keluargaKu.” Apakah itu berarti Allah melahirkan mereka? Jadi bila tradisi ilahi mengatakan “Orang-orang miskin ini adalah anggota keluargaKu”, mereka bisa menerimanya. Tetapi bila kita mengatakan, “Allah berkata bahwa Kristus adalah PuteraKu”, mereka tidak bisa menerimanya! Itu namanya tidak adil. Anda harus bersikap adil terhadap apa yang Anda pikirkan. Kalau ini logis, hal lain yang sama juga harus logis, dong. Surah 20 ayat 5 mengatakan “Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam diatas ‘Arsy’ .” Kami telah mendiskusikannya pada episode sebelumnya. Tahta apa? Allah bersemayam di tahta yang mana? Seberapa besar tahta Nya? Berapa besar ukurannya yang mampu menahan Nya?

Pembawa Acara: Berapa besar ukuran tahta itu!

Bapak Zakaria: Tuhan tidak terbatas. Dapatkah mereka menyediakan sebuah kursi yang tidak terbatas ukurannya, agar Dia bisa duduk diatasnya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena kita mengartikan nya secara harfiah. Dan itu tidak bisa. Tidak akan bisa dimengerti. Bila berpikir seperti itu, artinya Allah mempunyai kaki dan bokong?

Bukannya mereka menganggap kita salah karena kita mengatakan bahwa Allah dinyatakan dalam bentuk manusia?  Sementara mereka membuatkan kursi untuk Allah dan Dia duduk di kursi itu. Bagaimana Dia duduk di kursi itu? Dengan satu kaki atau dengan tanganNya atau dengan bokong Nya?  Kita tidak bisa mengartikan seperti itu, kan?

Bagaimana bisa kaum Muslim bertanya, “Apakah itu pantas menyebut Putera untuk sebutan Allah? Sementara kata “bokong” pantas untuk Allah seperti yang dikatakan “Dia Yang Maha Pemurah Yang bersemayam di atas Arsy”, yang berarti Dia duduk. Dan itu nggak mungkin, kan? Bila diartikan secara harfiah, itu tidak mungkin, tapi pantas. Dan apa implikasinya? Hal itu menunjukkan apa? Menunjukkan symbol apakah itu? Apa yang dapat kita lihat dari perbandingan tersebut? Apa inti dari metonymy ini?

Kesimpulannya, mengartikannya bukan dengan kata per kata. Benar, kan? Tentu saja yang dimaksud kata “tahta: disini adalah Allah memerintah. Jadi kiasan disini diambil dari seorang raja yang duduk ditahtanya. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa Allah yang maha tinggi, Dia lah Raja alam semesta yang memerintah, terpujilah Dia, sang Raja. Dan pernyataan “Dia duduk di tahta kedaulatanNya”, adalah sebuah ungkapan.

Pembawa Acara: Tidak bisa diartikan secara harfiah.

Bapak Zakaria: Ya Anda tidak bisa mengartikannya secara harfiah. Dan itulah yang kita telah kami katakan. Saudaraku kaum Muslim yang saya kasihi, jangan mengartikan segala sesuatu secara harfiah, karena di dalam Quran anda memiliki banyak hal harfiah yang sebenarnya juga tidak pantas buat Allah.

Pembawa Acara: Apakah benar? (Tidak dapat diterima.)

Bapak Zakaria: Dalam Sura 57 ayat 29 dikatakan “Karunia itu adalah di tangan Allah”. Apakah Allah punya tangan? Bila kita berpikir secara harfiah, berapa jumlah tangan yang dimiliki Allah? Apakah tanganNya juga memiliki jari? Apakah tanganNya juga punya otot dan tulang sendi, tulang dan daging? Jika kita berpikir secara harfiah, itu tidak masuk akal dan tidak bisa diterima. Tetapi kita harus mencari sebuah implikasi dari pernyataan-pernyataan ini. Arti sebenarnya dari pernyataan diatas “di tangan  lah satu-satunya yang mampu. Dialah pemilik dan pemberi karunia.

Pembawa Acara: Jadi, kita tidak dapat menelan nya mentah-mentah dan mengatakan ‘tangan yang punya jari’. Itu tidak masuk akal.

Bapak Zakaria: Ya, karena Allah itu Roh. Allah berbentuk abstrak, sehingga Dia tidak mungkin punya tangan.

Pembawa Acara: Jadi, Dia tidak mungkin punya tangan dan jari dan lainnya.

Bapak Zakaria: Dalam Surah 2 ayat 115, dikatakan “kemanapun kamu menghadap disitulah  wajah Allah”.

Pembawa Acara: Ada lagi …

Bapak Zakaria: Ya, Wajah!

Pembawa Acara: Tuhan punya wajah!

Bapak Zakaria: Satu lagi, Tuhan punya wajah! Secara harfiah? Seperti apa wajah Tuhan? Seperti apa mataNya? Apakah Dia juga punya hidung? Apakah Dia bernafas? Apakah Dia memiliki sistim pernafasan seperti paru-paru dan lainnya? Apakah Dia punya mulut diwajahNya? Bagaimana dengan system pencernaan ditubuhNya? Apakah Dia punya telinga? Apakah Dia punya sistim pendengaran? Apakah Dia punya rambut?

Jika Anda tetap berpegang pada pengertian kata per kata dan tetap mengatakan “Ini tidak pantas. Ini pantas.”  Sekarang Anda jelaskan kepada saya tentang wajah Allah. Tapi kami tahu bahwa pernyataan tersebut adalah suatu bentuk pernyataan metamorphose yang menyatakan bahwa Allah ada di mana-mana. “Dimanapun Anda membalikkan wajah Anda, Anda akan menemukan Dia.”

Hal ini sama saja dengn ungkapan “Putera Allah”. Saya tidak mengartikan Allah sebagai Bapa secara fisik, tetapi lebih kepada pengertian yang lebih halus. Putera berarti berasal dari sang Bapa, dan diungkapkan ke dalam manusia. Sama halnya dengan menuangkan ide-ide saya kepada orang-orang, yang adalah buah pikiran saya. Itu bukan berarti Dia adalah Bapa Ide. Dia adalah Bapa. Dia mengungkapkan ideNya. Dan itu adalah Bapa.

Lalu siapakah Bapa dari Kristus? Apakah Dia punya Bapa biologis? Sama sekali Dia tidak memiliki seorang Bapa. Dia adalah atribut Allah. “Orang-orang miskin adalah anggota keluargaKu”, artinya orang-orang miskin itu tdak mempunyai orang tua yang merawat mereka. Kristus juga tidak mempunyai seorang ayah. Lalu siapa yang meperanakkanNya? Dia itu puteranya siapa? Sederhana saja, melalui analogi ini, saya ingin menyampaikan bahwa ada pernyataan-pernyataan dalam Quran yang sebenarnya juga tidak dapat diterima, bila diartikan secara harfiah. Kalau begitu, kita harus mengambil pernyataan-pernyataan tersebut dengan melihat maknanya.

Demikian juga halnya bla kita berbicara tentang Allah dalam Kekristenan, seperti: Kristus adalah Putera Allah, Da adalah Atribut Allah, berasal dari Allah, pikiran Allah yang diungkapkan dan Firman Alah yang hidup dalam tubuh manusia. Pernyataan-pernyataan ini logis. Dan kita sudah membahasnya dan semuanya memang bisa diterima akal sehat. Satu ditambah satu sama dengan dua, kan?

Saya masih ingin mengatakan bahwa semua yang logis ini bisa meyakinkan pikiran, tetapi tidak dapat meyakinkan roh.

Pembawa Acara: Ya betul.

Bapak Zakaria: Kita memang sudah berusaha menyederhanakan penjelasan kita dan bahkan memindahkan kerumitannya. Namun kita belum bisa mengatakan, “Ini dia, mereka pasti mengerti.” Mengapa? Karena mereka harus lebih dulu mengalami lawatan Tuhan.

Pembawa Acara: Dia memang Bapa sejati. Namun dalam Islam, Allah itu Maha Tinggi, Dia diagungkan, Dia begitu tinggi, Dia begitu jauh. Ada begitu banyak rintangan antara manusia dan Dia. Tetapi dalam iman Kekristenan, Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih. Tuhan ada di dalam ku. Dia lebih mengenal aku daripada diriku sendiri. Disinilah letak perbedaannya. Bagi saudara kita yang beragama Muslim, mustahil untuk dapat menjadi anak-anak Allah dan memanggilNya Allah Bapa.

Bapak Zakaria: Ya, Dia terlalu mulia buat mereka.

Pembawa Acara: Ya, Dia begitu mulia buat mereka. Dia terlihat menakutkan.

Bapak Zakaria: Dia terlalu jauh diatas sana. Tetapi kami tidak seperti itu. Saya ingat dulu ada seorag penulis terkenal bernama Tawfiq Al-Hakim. Saya ingat kalau di hari-hari terakhirnya, dia sering menulis artikel di surat kabar Al Ahram. Saya masih menympannya. Saya suka dengan tulisan-tulisannya. Dan dia seorang filsuf yang yang sangat sopan.

Pembawa Acara: Sangat, sangat sopan.

Bapak Zakaria: Ya. Dia pernah menulis; “mulai dari sekarang hingga aku mati, aku tidak akan menggunakan pena ku, kecuali bila aku sedang berbicara dengan Tuhan.” Itu dia tulis setelah kematian puteranya, Ismael. Sejak itu dia memulai tulisannya “Bergaul dengan Tuhan” di surat kabar Al Ahram. Dia mengatakan bahwa Allah itu kasih, Dia mengashi kita dan bahwa ada sebuah hubungan kasih dalam bergaul dengan Allah. Dia memang memiliki gaya cerita yang indah, yang disebut “Drama Intelektual”, seperti beberapa dalam tulisannya “Aku bertanya dan Dia menjawab, dan begitu seterusnya.”

Dia pun menggunakan cara itu bila ia berbicara dengan Tuhan, “Aku mengatakan ini, ini dan ini, dan Dia hanya bilang “Aku mengasihi engkau”. Lalu aku bertanya kepada Nya, “Bagaimana Engkau mengasihiku?” Ketika Dia mengatakan sesuatu kepada ku, aku merasa dunia ini seperti terbalik.”

Pembawa Acara: Benar.

Bapak Zakaria: Seberapa mungkin Anda dapat berbicara kepada Tuhan dan Tuhan berbicara kepadamu? Memangnya engkau seorang nabi hingga Allah mau berbicara kepada mu?

Pembawa Acara: itulah yang disebut dengan rintangan yang sebenarnya yang tetap menjauhkan kaum Muslim dari Allah.

Bapak Zakaria: Mereka menganggap Tawfiq sebagai orang yang tidak setia.

Pembawa Acara: Rintangan ini sebenarnya tidak exist.

Bapak Zakaria: Rintangan itu memang tidak dirasakan bagi beberapa keluarga, seperti Sallah Montasser yang telah membela Tawfiq dan merekalah yang membuatnya terus menulis artikel-artikel yang mampu menghibur orang banyak.

Pembawa Acara: Mereka sudah seharusnya.

Bapak Zakaria: Namun dia berhenti melakukan kebiasaannya bergaul dengan Allah, dan semuanya telah berakhir. Persis seperti yang Anda katakana tadi bahwa ada sebuah rintangan, sebuah partisi yang memisahkan manusia dengan Tuhan,

Tetapi tidak seperti itu dalam iman Kekristenan. Tanpa Allah, aku tidak bisa hidup, karena kasihNya melingkupi hidupku, RohNya memberikan aku kekuatan. Dia memberi aku kehidupan. Tuhan begitu dekat dengan aku.

Alkitab mengatakan “Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah yang akan naik ke surga? Yaitu untuk membawa Yesus turun, atau Siapakah akan turun ke jurang maut? Yaitu untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. Tetapi apakah katanya? Ini: Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Hal kedekatan dengan Allah juga terdapat dalam kitab Wahyu “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Dia berdiri di muka pintu.

Pembawa Acara: Bisakah Anda menjelaskan lagi mengenai membuka pintu, agar mereka mengerti bahwa pintu yang dimaksudkan adalah pintu hati, bukan pintu yang sebenarnya.

Bapak Zakaria: Kalau begitu kita kembali lagi pada pembahasan tentang arti kiasan seperti ‘tangan Tuhan’,

Pembawa Acara: Kita tidak ingin ..

Bapak Zakaria: Dan ‘wajah Tuhan’.

Pembawa Acara: Kita tidak ingin para pemirsa berpikir menyimpang dari maksud kita sebenarnya.

Bapak Zakaria: Pintu hati berarti keinginan manusia. Seseoang harus mempunyai keinginan untuk membuka hatinya dan berkata, “Tuhan, hidupku terbuka untuk Mu. Masuklah ke dalam hidupku, sinari aku, pimpin aku dan berkatilah aku.”

Namun pertama harus benar-benar dengan iman bahwa Dia akan memberikan jawaban. Selain iman, ketulusan agar Tuhan masuk ke dalam hidupnya dan tidak bermain-main dengan Allah. Dan kemudian percaya bahwa Tuhan akan menjawab.

Pembawa Acara: Ya, percaya

Bapak Zakaria: Ya, tentu.

Pembawa Acara: Percaya bahwa Tuhan mendenganr dan menjawab.

Bapak Zakaria: Betul dan bahwa Tuhan tidak berada jauh.

Pembawa Acara: Seringkali kepercayaan hampir tidak dimiliki.

Bapak Zakaria: Wah, kalau itu, Tuhan berada jauh.

Pembawa Acara: Bagaimana seseorang dapat percaya?

Bapak Zakaria: Ini masalahnya. Saya hanya ingin menyarankan kepada saudara-saudaraku kaum Muslim untuk tidak merasa takut. Tuhan memerikan pikiran kepada Anda untuk berpikir. Jangan takut, karena Tuhan akan membimbing pikiran Anda kepada kebenaran.

Pembawa Acara: Pasti

Bapak Zakaria: Itu saran saya.

Pembawa Acara: Kalau begitu, kita akan lanjutkan ke pertanyaan berikutnya: Apa maksud dari doktrin inkarnasi? Mengapa Anda percaya bahwa Allah dinyatakan dalam Kristus?

Bapak Zakaria: Ini adalah hal penting. Tetapi saya telah menerima banya pertanyaan lain, yang mungkin Anda belum mengajukannya atau Anda belum menerimanya.

Pembawa Acara: Silahkan

Bapak Zakaria: Salah satu pertanyaannya adalah: Apakah surga kosong …

Pembawa Acara: Ya, itu!

Bapak Zakaria: Apakah surga kosong ketika Allah menjelma menjadi Kristus? Kami menerima banyak pertanyaan seperti ini.

Pembawa Acara: Ok. Mari kita bahas pertanyaan ini dulu sebelum masalah inkarnasi.

Bapak Zakaria: Pertama kami sudah mengatakan bahwa Allah melakukan inkarnasi. Lalu pertanyaannya: siapa yang ada di surga?

Pembawa Acara: Ya benar, mereka sering bertanya tentang itu kepada kita.

Bapak Zakaria: Ketika Dia berada di dalam tubuh Kristus? Ini pertanyaan yang logis dan merupakan pertanyaan yang kompleks dalam pikiran seseorang. Mereka mengatakan, bahwa kami mengklaim kalau Dia telah menjelma. Ok, kami mengakuinya. Lalu, ketika Dia menjadi manusia, siapa yang ada di surga? Sebenarnya jawabannya sederhana dan sangat mudah, karena kami dapat menyimpulkannya.

Pertama dalam Surah 24 ayat 35 mengatakan, “Allah cahaya langit dan perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.” Relung adalah sebuah lubang di dinding. Saya sudah jelaskan sebelumnya, “lampu dalam sebuah gelas. Gelas itu dipasangkan sebuah lampu.” Apakah gelas itu menahan sinar/terang dari lampu tersebut? Kemudian, “Gelas itu seolah-olah seperti sebuah bintang yang bersinar terang.” Seharusnya gelas itu menutup sinar lampu yang ada didalamnya. Tetapi tidak ada yang mampu menahan sinar tersebut. Sinar lampu dari dalam gelas transparan tersebut mampu menembus keluar, “dan gelas itu pun menjadi seperti bintang yang bersinar dan memberikan warna yang indah.”

Tuhan sama seperti sinar. Dia menerangi surga dan bumi. Kiasan ini memberikan arti bahw tidak ada yang dapat membatasi terang, terang ada di dalam gelas, tetapi tidak ada yang dapat membatasi terang itu bersinar. Benar, kan?

Allah adalah terang di surga dan di bumi. Dan Allah dinyatakan dalam tubuh Kristus. Allah hadir di dalam Nya! Tubuh Kristus adalah gelas yang di dalamnya ada sebuah lampu. Tubuh Nya itu tidak menahan terang yang ada di dalam Dia dan terang itu tersebar kemana-mana.

Saat ini kami duduk di sebuah ruangan yang terang. Terang itu berasal dari lampu. Bukan itu artinya kami diterangi oleh lampu? Atau lampu menahan sinarnya dan ruangan menjadi redup? Tidak mungkin, kan?

Allah adalah terang, dan tentu saja tidak ada yang mampu menahanNya atau membatasiNya. Dia menjelma menjadi manusia, tetapi Dia masih tersebar dimana-mana, karena Dia adalah Allah yang tak terhingga. Benar, bukan?

Dalam Surah 28, 27 dan 20, kita pernah membahas percakapan Allah dengan Musa melalui sebuah pohon, dimana Dia mengatakan, “Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, diberkatilah siapapun yang berada di api dan sekitarnya.”  Ketika Allah menjelma di pohon itu, siapa yang ada di surga? Pertanyaannya sama kan?  Dia dinyatakan di dalam manusia, sama dengan Dia dinyatakan di pohon. Dan sebelumnya di Surah 7, “TuhanNya menampakkan diri kepada gunung itu.”

Pembawa Acara: Apakah surga kosong ketika Dia ada di atas gunung?

Bapak Zakaria: Tidak mungkin! Tentu saja tidak kosong. Dia tidak keluar untuk jalan-jalan. Dalam Al Bukhari’s jilid 4 halaman 68, seorang nabi mengatakan, “Nabi berkata, ‘Tuhan kami, diberkatilah dan ditinggikanlah yang turun setiap malam ke surga yang lebih rendah ketika hanya tinggal sepertiga malam.” Itu adalah yang terakhir, “Siapapun yang menyerukan Aku, Aku akan menjawabnya.” Lagi?

Pembawa Acara: Ya.

Bapak Zakaria: Dalam Al Bukhari jilid 4 halaman 68 nabi berkata, damai Allah menyertainya, “Tuhan kami turun, Tuhan kami yang diberkati dan ditinggikan, turun setiap malam ke surga yang lebih rendah, yang dalam hal ini 'kebawah', Ketika hanya tinggal sepertiga malam, itu adalah yang terakhir, dan berkata, “Siapapun yang menyerukan NamaKu, Aku akan menjawabnya.”

Pembawa Acara: Sebuah panggilan untuk tetap berjaga-jaga.

Bapak Zakaria: Ya. Lalu bagaimana dengan surga yang di atas? Apakah tidak ada orang disana?

Pembawa Acara: Tentu saja tidak ada.

Bapak Zakaria: Sebenarnya seluruh masalah hanyalah tentang ekspresi. Hanya tentang ekspresi. Allah itu tak terhingga, keberadaanNya ada dimana-mana. Hal ini cukup penting sehingga membutuhkan penjelasan sebelum kita lanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Pembawa Acara: Masalahnya Bapak, pertanyaannya adalah: Apakah maksud dari doktrin inkarnasi? Mengapa Anda percaya akan inkarnasi Allah di dalam Kristus?

Bapak Zakaria: Sebenarnya episode kali ini sudah hampir berakhir, sehingga kelihatannya Anda akan menyiapkan jalan untuk episode yang lain.

Pembawa Acara: Betul Bapak.

Bapak Zakaria: Dengan singkat saja. Tujuan dari inkarnasi yang sebenarnya akan menjadi subyek diskusi kita berikutnya, adalah untuk menebus kita, mengorbankan diriNya untuk kita, menebus dosa kita, untuk mengampuni dosa dan pelanggaran kita melalui kasihNya, memberikan diriNya untuk menebus dosa kita. Dia lakukan semuanya karena Dia mengasihi kita.

Pembawa Acara: Ya, karena kasih.

Bapak Zakaria: Kesimpulannya: Allah mengasihi kita dan kasihNya mendorong Dia untuk datang kepada kita dan membuat diriNya menjadi seorang manusia seperti kita yang fana untuk menebus dan mengampuni.

Ini akan menjadi topic pembahasan kita berikutnya. Permintaan saya dari pemirsa adalah berdoa dan katakan pada Tuhan, “Tuhan, sinari hatiku dengan terangMu, datanglah kepada ku. Engkau telah menjadi manusia untuk mengampuni menebus dosaku. Tuhan, tolong aku untuk mengenalMu.”

Pembawa Acara: Amin, Amin.

Bapak Zakaria: Amin

Pembawa Acara: Di akhir episode ini, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Zakaria, dan Tuhan menyertai apa yang telah kami bicarakan.

Bapak Zakaria: Amin

Pembawa Acara: Pemirsa yang saya kasihi, saya ulangi kembali bahwa kami mengasihi Anda dan dengan senang hati kami siap menjawab semua pertanyaan Anda. Kirimkan surat Anda kepada kami yang akan tampil di layar tv Anda. Bila Anda ingin mendapatkan Alkitab, tulislah surat kepada kami dan kami akan memberikannya free. Terima kasih, sampai jumpa. Tuhan menyertai.

Bapak Zakaria: Amin. Amin. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar