Kamis, 21 Juli 2011

Eps. 6 Apakah Isa Al-Masih Inkrasi Firman Tuhan?


EPISODE 6


Pembawa Acara: Pemirsa yang saya kasihi, selamat datang di episode baru dalam program kami “Pertanyaan-pertanyaan Tentang Iman”. Merupakan kebahagiaan bagi kami bila kami dapat memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang telah kami terima dari Anda semua.  Kami juga merasa terhormat dengan hadirnya Pendeta Bapak Zakaria Boutros bersama kami disini. Selamat datang Bapak Zakaria.

Bapak Zakaria: Senang bertemu dengan Anda.

Pembawa Acara: Para pemirsa yang saya kasihi, pada episode sebelumnya kami telah membahas hal mengenai Siapakah Yesus dalam agama Kristen? Kami telah berbicara tentang bagaimana Dia adalah Allah, dan bagaimana Dia adalah Putera Allah, juga bagaimana Dia adalah Manusia dan Putera Manusia.

Bersyukur hari ini kami dapat melanjutkan dialog dan diskusi kami dengan Pendeta Bapak Zakaria tentang Kristus dalam Agama Kristen. Bapak Zakaria, kami ada satu pertanyaan yang isinya adalah: Anda telah menyebutkan di awal pembicaraan mengenai kebenaran tentang Kristus adalah Allah yang hadir dalam tubuh manusia – kita sudah membicarakannya – tetapi Anda juga mengatakan bahwa Dia adalah Firman Allah yang menjadi hidup. Mohon Anda dapat menjelaskannya?

Bapak Zakaria: Ya. Pertanyaan ini akan melengkapi pertanyaan sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan kebenaran yang diungkapkan Alkitab, dan untuk mengetahuinya kita harus membuka Injil Yohanes pasal 1 ayat1, yang isinya: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”, hingga pasal 14 yang mengatakan: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaannya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

Jadi, Firman seperti yang telah kita sebut pada episode sebelumnya adalah kecerdasan Allah dalam mengungkapkan pikiranNya. Juga seperti yang dikatakan, Allah adalah tunggal, dan dalam kapasitas Nya inilah kita memanggil Dia “Bapa”, karena Dia adalah sumber dari segala keberadaan. Putera, yang adalah kecerdasan Allah; kecerdasan Allah dalam mengungkapkan pikiranNya melalui Firman, dan Firman lahir dari kecerdasan, yang mengungkapkan pemikiran-prmikiran. Jadi Firman, yang adalah kecerdasan yang mengungkapkan pikiran, adalah Allah sendiri dan tidak ada yang lain. Allah dengan keberadaanNya, pengetahuanNya, dan Allah dengan RohNya. Karenanya Alkitab berkata, “Dan Firman adalah Allah.” dan dilanjutkan dengan “Dan Firman itu telah menjadi manusia” yang tinggal di dalam tubuh seorang manusia.

Dan tentu saja kecerdasan Allah tidak dapat dipisahkan dari keberadaanNya; tidak juga dapat dipisahkan dari RohNya sendiri. Tidak mungkin dipisahkan, bukan? Oleh karena itu dalam surat pertama yang ditulis Rasul Paulus kepada muridnya Timotius dalam pasal 3 ayat 3 “Dan sesungguhnya...” -tanpa adanya perdebatan- “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia.” Allah telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Tetapi bagaimana? Firman Allah telah menjadi hidup di dalam seorang manusia? Firman Allah telah menjadi manusia. Situasi ini terdengar aneh. Bagaimana mungkin Firman Allah menjadi hidup dan mempunyai bentuk? Tetapi sebenarnya ada dasar yang sama antara kita dan Islam.

Pembawa Acara: Maksud anda, ada sesuatu dalam Quran yang menyatakan hal yang sama?

Bapak Zakaria: Ya, betul

Pembawa Acara: Hal ini akan lebih mudah untuk dipahami.

Bapak Zakaria: Benar, karena saya yakin bahwa para pemirsa yang beragama Islam akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: Omong kosong apa ini? Apa maksud Anda dengan Firman Allah itu hidup menjadi manusia?

Bukankah itu yang mereka katakan? Bukankah mereka yang melakukan protes seperti itu? Tetapi bila kita kembali kepada Quran, yang merupakan ulasan-ulasan para ahli hukum dan juri-juri agama Islam, kita akan menemukan kenyataan yang sesungguhnya, dan itu bukan karangan kita sendiri. Jadi, mari kita lihat itu sekarang dan kami akan menunjukkan hal tersebut kepada para pemirsa yang kita hormati. Dalam  Surah 4 ayat 171. Surah 4 ayat 171, “Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan, kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya  . Jadi, Kristus adalah Firman Allah, seperti telah dikatakan dalam episode sebelumnya, dimana kata ganti 'Nya' disini  .....

Pembawa Acara: Menunjuk kepada kata 'Allah'.

Bapak Zakaria: Menunjuk kepada kata 'Allah'. Dan Roh dari Nya, “Nya” disini menunjuk kepada kata 'Allah'. Jadi, Kristus adalah Firman Allah. Dan dalam Surah 3 ayat 39, “Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah? Siapakah Firman Allah? Dan siapakah Yohanes atau Yahya? Karena dia adalah orang yang pertama yang percaya pada Nya dan menegaskan bahwa Dia adalah Firman Allah dan Roh dari Nya.

Pembawa Acara: Jadi, ini bukanlah konsep baru bagi saudara kita yang beragama Islam. Maksud saya jika mereka benar-benar memperhatikan, mereka akan menemukan hal yang sama dalam Quran.

Bapak Zakaria; Jika mereka mau membaca dengan pengertian, tidak akan ada masalah. Permasalahannya adalah mayoritas dari mereka tidak membacanya.

Pembawa Acara: Ya, sangat disayangkan.

Bapak Zakaria: Dan mereka yang membacanya, hanya membaca dengan sepintas. Mereka itu orang yang berpikiran dangkal. Mereka hanya mengatakan “Aaaah, Allah memberimu berita baik tentang Yohanes yang akan menegaskan Firman Allah”.

Pembawa Acara: Tidak, bukan hanya itu, mereka juga akan langsung berpikir kalau mereka akan dituduh tidak setia.

Bapak Zakaria: Ya, orang-orang yang berpikir dengan lancang. Saya pernah berbicara dengan seseorang dari mereka. Saya katakan, “Kenapa kita tidak memikirkan dan membahas hal itu secara terperinci?” Orang itu menjawab, “Tidak, tidak, tidak, kami punya prinsip yang mengatakan bahwa Iblis tinggal di dalam hal-hal yang terperinci.” Jawaban apa itu? Bagi mereka hal ini merupakan masalah yang dibuka dan kemudian langsung ditutup.

Apakah benar Iblis ada di dalam hal-hal yang rinci? Bukankah sebaliknya, hal-hal rinci akan menunjukkan banyak hal. Hal-hal rinci membutuhkan riset dan belajar.

Anda lihatkan orang-orang yang berpikiran sempit? Jangan berpikir, jangan belajar, jangan menyelidiki, dan banyak lagi 'jangan'. Ini yang ingin saya katakan, bahwa cara itu salah. Dan inilah mengapa saya mengajak para pemirsa kita untuk berpikir tentang kepercayaan kita, tentang Quran, tentang tradisi-tradisi ramalan, dan tentang ulasan-ulasan, -milik mereka dan bukan milik kita- hanya untuk mencoba berpikir dan kemudian mengerti. Inilah apa yang dikatakan oleh Abu Mas'ud, “Akan menegaskan satu Firman dari Allah; yang akan menegaskan Isa, yang mana kedamaian ada pada Nya.” Karena telah dikatakan bahwa dia -Yohanes Pembaptis- adalah orang yang pertma yang percaya pada Nya dan menegaskan bahwa Dia adalah Firman Allah dan Roh dari Nya. Yohanes Pembaptis adalah orang pertama yang percaya.

Dan hal itu juga ditegaskan oleh pernyataan Al-Siddi, “Ibu Yahya bertemu dengan ibu Isa dan berkata, “O, Maria, Apakah engkau merasakan kehamilanku?” Dan Maria menjawab, “Saya juga sedang hamil.” Kemudian ibu Yahia berkata, “Saya merasakan bayi dalam perutku menyembah Dia yang ada di dalam perutmu.” Dan inilah interpretasi pernyataan tadi: “....dan akan mengkonfirmasi satu Firman yang berasal dari Allah.” Sekarang dimana kita bisa menemukannya?

Pembawa Acara: Ya, itu sangat penting. Dimana itu tertulis?

Bapak Zakaria: Para pemirsa yang ingin mengerti hal ini, dapat membaca buku tentang Al-Imam Abu Al-Sa'ud Mohamed Ibn Mohamed A-'Ammadi, halaman 233.

Pembawa Acara:  Abu Al-Sa'ud Mohamed Ibn Mohamed, nama tersebut tidak termasuk nama Abd-Al-Massih atau George; Itu adalah ulasan mengenai Quran, dan juga Mohamed, putera dari Mohamed yang artinya Mohamed sepenuhnya.

Bapak Zakaria: Dalam surat Surah 3, dia mengatakan sebagai berikut “Dengan demikian malaikat berkata: “Maryam, Allah mengembirakan kamu dengan kalimat dari-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam.” Dalam episode sebelumnya saya telah menyebutkan bahwa Quran merupakan ukuran kepandaian dan tidak mungkin mengandung kesalahan dalam tatabahasanya.  Pada kalimat yang menunjuk pada 'kabar baik yang dibawa malaikat untuk Maria tentang kelahiran Yesus', ada dua (2) kata yang tidak seharusnya berpasangan secara gramatikal. Kata tersebut adalah kalmia dan ismuhu, dan bukan kalmia dan ismuha, yang secara gramatikal benar.

Mereka yang tidak mengetahui bahasa Arab, mengatakan “Ah, tentu saja itu mengarah kepada Kristus.” Tetapi tata bahasa Arab menyatakan bahwa kata ganti harus mengarah kepada kata benda kalmia yang mendahuluinya, bukan kata benda yang menggantikannya. Jadi, kalmia “Firman” telah didefinisikan sebagai kata benda maskulin dan bukan kata benda feminin. Karenanya itu bukan kata yang biasa, tetapi itu pasti merupakan 'Logos', kecerdasan Allah. Firman Nya berarti  kecerdasan Allah, pengetahuan Allah. Semuanya dalam bentuk maskulin. Dan begitu juga yang terdapat di Injil Yohanes, “Pada mulanya adalah ...” dalam bahasa Arab berbentuk maskulin kana, bukan kanat, dan al-kalima kana, bukan kanat, dan “Firman menjadi...” Al-kalima sara, bukan sarat. Jadi Quran dalam hal ini setuju dengan Alkitab yang menyatakan bahwa ini bukan kata biasa. Itu merupakan pengetahuan Allah, yang berubah rupa, yang mempunyai bentuk dan hadir di dalam manusia. Itu juga yang dikatakan dalam Surah 3. Sekarang mari kita lihat apa yang dikatakan para komentator. Mereka mungkin mengatakan bahwa kita telah meng-interpretasikan dengan cara kita. Para pemirsa mungkin juga akan mengatakan, “Tolong jangan mengartikan  hanya menurut interpretasi Anda.”

Pembawa Acara: Ini adalah interpretasi Anda sendiri.

Bapa Zakaria: Sekarang kita coba gali dari pendapat juri-juri Muslim, cendekiawan dan penterjemah Muslim. Untuk tujuan mendapatkan kebenaran, kita harus melakukan riset, bukan?

Sheikh Mohyi Al-Din Al-Arabi dalam bukunya Fusus Al-Hikam  jilid 2 halaman 35. Apa yang dikatakan Mohyi Al-Din Al-Arabi? Dia katakan, “Firman adalah Allah yang menjelma.” Dengarkah Anda!!

Pembawa Acara: Oh, kemuliaan di dalam nama Tuhan. Bisakah Anda mengulangnya?

Bapak Zakaria: Firman adalah Allah yang menjelma. Dan itu adalah satu Tuhan, dan tidak ada yang lain. Itu adalah benar-benar satu Tuhan, dan itu adalah Allah sendiri. Itu berarti bahwa Firman adalah Allah dan bukan yang lain. Ketika kita mengatakan bahwa pengetahuan Allah adalah Allah, kecerdasan Allah adalah Allah, keberadaan Allah adalah Allah, Firman Allah adalah Allah, Roh Allah adalah Allah, sama halnya dengan manusia, dimana keberadaan seseorang menunjukkan dirinya sendiri, kecerdasan seseorang menunjukkan dirinya sendiri dan roh seseorang menunjukkan dirinya sendiri.

Pembawa Acara: Mereka tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Bapak Zakaria: Atribut seseorang. Siapakah ini? Sheikh Mohyi Al-Din Al-Arabi juga mengatakan dalam buku yang sama halaman 143. Pada halaman ini dia mengkonfirmasi kebenaran tersebut. Firman adalah Ketuhanan. Apa artinya Ketuhanan? Ketuhanan adalah sifat dasar Allah. Sama halnya bila kita menyebutkan sifat dasar manusia dengan kemanusiaan, karena itu berasal dari manusia. Apakah Anda melihat penekanannya? Firman adalah Ketuhanan, Firman Allah.

Dan sebelumnya Sheikh Mohyi mengatakan Firman adalah Allah yang menjelma, yang mempunyai bentuk. Sama halnya juga bila Anda mengungkapkan pikiran Anda dalam berbicara. Perkataan Anda merupakan wahyu dari kecerdasan Anda, perkataan Anda mengungkapkan pikiran Anda. Perkataan Allah adalah wahyu dari kecerdasan atau pengetahuan Allah.

Sekarang kita akan mengambil pendapat lain selain Sheikh Mohyi, yaitu Mu'atazalites, yang adalah sebuah denominasi Islam yang sudah sangat terkenal. Mereka menjelaskan cerita nabi Musa ketika Allah berbicara kepada nya dari sebuah pohon, yang terdapat dalam surat Surah 27, Surah 20 dan Surah 28. Saya percaya saya sudah menyebutkan sebelumnya, tetapi mungkin ada pemirsa yang tidak bisa mengikuti program ini sebelumnya. Saya akan mengulangnya.

Pembawa Acara: Pengulangan sangat membantu.

Bapak Zakaria: Ungkapan Arab mengatakan “Pengulangan mengajar orang yang pintar.” Surah 28 menuliskan cerita tentang Musa. Apakah engkau pernah mendengar cerita tentang Musa, ketika Musa telah menyelesaikan tugasnya -dimana dia harus meninggalkan hidupnya- dan pergi mengembara bersama keluarganya? Musa melihat api di atas lereng Gunung  Sinai -yang dia lihat adalah api yang keluar dari sisi gunung-. Dia berkata kepada keluarganya, “Tetaplah disini. Duduk saja disini. Aku telah melihat api. Mungkin aku bisa mencari tahu siapa yang sudah membuat api di sana, atau paling tidak aku bisa membawakan bara, supaya kalian bisa menghangatkan badan kalian.” Kemudian dia sampai di tempat itu dan seseorang  memanggilnya dari pohon di lembah yang diberkati tersebut.

Perhatikan sungguh-sungguh, bukan dari surga dan bukan dari manapun, tetapi dari suatu tempat khusus di sebuah lembah. Tidak hanya itu, tetapi juga dari pohon di atas lembah yang diberkati, sebuah tempat yang menyala-nyala oleh api. Seseorang telah memanggilnya dari api. Jadi, Allah telah hadir dalam bentuk api dan berkata, “Musa, lepaskan sandalmu.” Engkau berada di lembah Tuwa yang kudus.” Sampai sekarang itulah nama lembah tersebut. Ditempat inilah dimana Presiden Anwar Al-Sadat ingin membangun sebuah kompleks agama, dimana akan dibangun sebuah mesjid, gereja dan sebuah sinagog, tetapi dia telah kehabisan waktu.

Pembawa Acara: Atau dia memang tidak bermaksud membangunnya.

Bapak Zakaria: Ya, mungkin begitu. Kita lanjutkan. Allah berkata, “Lepaskan sandalmu. Engkau berada di lembah Tuwa yang kudus. Aku adalah Allah dan Tuhan dari alam semesta ini.” Dalam Surah 20, Tuhan juga mengatakan hal yang sama dengan tambahan “Tidak ada tuhan lain selain Aku.” Dan dalam Surah 27, Dia mengatakan “Diberkatilah siapapun yang berada di dalam api ini dan siapapun disekitarnya. Mengenai ini saya tidak akan menjelaskannya sendiri. Kita akan melihat apa yang dikatakan kaum Mu'tazalites dari sisi “Perkataan-perkataan atau sabda Allah ada di pohon itu dan menjelma di dalamnya.”

Pembawa Acara: Maaf, bisakah Anda menyebut kembali nama-nama sebagai referensi, kalau-kalau ada pemirsa yang ingin melihatnya.

Bapak Zakaria: Pada buku yang berjudul Al-milal wa al-ahwa wa al-nihal, bab Mu'tazila, maka Anda akan menemukan apa yang sedang saya baca disini. Menurut mereka, Firman Allah menjadi hidup, hadir dan mempunyai bentuk di pohon tersebut. Jadi sekarang kita sudah mengetahui apa yang dikatakan oleh Mohyi al-din Al-Arabi dan kemudian Mu'tazalites. Haruskah kita mencari referensi yang ketiga, karena dengan mulut dua atau tiga orang, setiap kata akan menjadi kuat (dapat diterima).

Pembawa Acara: Mari kita cari yang ketiga, akan jauh lebih baik.

Bapak Zakaria: Untuk menegaskan sebuah sumpah, seseorang mengatakan tiga kali (3x) demi nama Tuhan. Jadi sebagai konfirmasi dari sebuah perceraian, mereka akan mengatakan “Saya menceraikan engkau” sebanyak tiga kali (3x). Dengan demikian segala sesuatu menjadi sempurna dengan adanya Tritunggal. Aneh bukan? Mereka yang mengambil prinsip ini, menerapkannya dan mereka juga yang keberatan dengan prinsip tersebut. Kenapa anda masih menggunakan prinsip Tritunggal disini?

Sekarang kita menuju kepada Al-Ha'itiyya, sebuah sekte Islam. Dalam buku yang sama  Al-milal wa al-ahwa wa al-nihal, Imam Ahmed Ibn Al-Ha'it, pemimpin sekte Al-Ha'itiyya, berbicara tentang Kristus. “Kristus menggunakan tubuh manusia -seolah-olah Dia akan memakai baju zirah- dan Dia adalah Firman dari masa lampau yang abadi yang menjelma, sama halnya dengan yang dipercayai orang-orang Kristen.” Lagi?

Pembawa Acara: Ya, boleh?

Bapak Zakaria: Anda akan menemukan dalam buku Al-milal wa al-ahwa wa al-nihal  jilid 1 halaman 77. Imam Ahmed Ibn Al-Ha'it, pemimpin sekte Ha'itiyya, menjelaskan tentang Kristus, “Kristus menggunakan tubuh manusia, tetapi siapa Dia? Dia adalah Firman dari masa lampau yang abadi yang menjadi hidup, sama seperti yang dipercaya oleh orang-orang Kristen.” Itulah arti sesungguhnya dari Firman yang menjadi hidup. Pikiran-pikiran Allah menjelma, dapat dilihat. Seperti yang telah dikatakan dalam ilustrasi sebelumnya bahwa ketika saya memiliki gagasan/ide dalam pikiran saya, saya mengambil pena dan menuangkannya dalam tulisan. Saya mewujudkan gagasan-gagasan saya ke atas kertas dengan menggunakan pena, dengan demikian gagasan tersebut terungkap, terlihat, terbaca, dan diketahui. Begitu juga Allah dengan cara yang sama dalam mengungkapkan pikiranNya, tidak dengan menulis di atas kertas dengan pena, tetapi Dia menuliskan pikiran-pikiranNya di dalam tubuh manusia. Dia hadir dalam tubuh manusia. Dia menanamkan pemikiranNya dalam tubuh manusia, karena kadangkala kita tidak hanya menulis di atas kertas saja, tetapi juga di batu dan di karang, bukan? Kulit dan bahkan tulang, juga kan? Allah menulis di kulit dan tulang seorang manusia. Dia hadir dalam tubuh seorang Manusia. Saya tidak melihat kesulitan untuk mengerti akan hal ini. Tentu saja ini mudah dan dapat diterima. Anda butuh sentuhan/lawatan Allah

“Tuhan, aku ingin mengetahui kebenaran itu, aku ingin Engkau menyinari hatiku dengan terangMu, dan aku ingin Engkau Tuhan menerangi pikiranku, berikan aku sentuhan yang mengubahkan cara berpikirku tentang Engkau sehingga aku mengetahui kebenaran itu.”

Saat ini, Tuhan menjawab Anda yang bertanya dalam iman dan percaya, dengan hati yang tulus, Allah pasti menjawab Anda. Itulah janjiNya.

Jadi, inilah konsep inkarnasi Allah. Kami telah membahas tentang inkarnasi Allah secara umum dan sekarang kita akan bahas dari sudut pandang yang berbeda. Kita akan bahas perihal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. “Apa yang telah dikatakan tentang inkarnasi Allah di dalam tubuh manusia, apa yang telah dikatakan tentang pengetahuan dan pikiran Allah yang menjelma di dalam tubuh manusia?” Kita akan membahasnya.

Pembawa Acara: Tuhan memberkati Anda. Sekarang kita akan lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Anda tetap mempertahankan kepercayaan Anda bahwa Firman Allah telah menjadi hidup di dalam Kristus dan Anda katakan sebelumnya bahwa Firman Allah adalah pikiran Allah. Bagaimana pikiran Allah dinyatakan dalam seorang manusia. Hal yang ditanyakan sebenarnya adalah: Apakah Allah tanpa pikiranNya di surga, ketika Dia berada di dalam Kristus di bumi? Pertanyaan inilah yang sering diajukan kepada kami. Mereka juga menanyakan: Apakah Allah tanpa pikiranNya di surga ketika Kristus mati dan dikuburkan? Bagaimana Dia bisa mengatur alam semesta ini tanpa pikiranNya?

Bapak Zakaria: Pertanyaan ini sering kali terdapat di dalam pikiran seseorang. Setiap orang berhak untuk berpikir bebas, setiap orang berhak untuk bertanya. Anda tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mencari tahu. Selama anda tetap bertanya, maka Anda akan menemukan jawaban, tetapi jika sesorang menyembunyikan hal-hal yang ingin ditanyakannya, bagaimana dia akan mendapatkan pengetahuan?

Pembawa Acara: Seseorang harus menggunakan pikirannya.

Bapak Zakaria: Seseorang harus menggunakan pikirannya.

Pembawa Acara: Seseorang yang tidak bertanya, tidak berpikir.

Zapak Zakaria: Jika saya ragu akan sesuatu, kemudian saya berpikir, karenanya saya seperti ini. Keraguan menuntun saya untuk berpikir, dan berpikir menuntun saya untuk melakukan riset dan kemudian akan menemukan pengetahuan. Dan ini melengkapi keberadaan saya.  Hal itu baik bagi seseorang untuk bertanya, dan memalukan jika tidak bertanya.

Baiklah. Logika mengatakan: Anda berpendapat bahwa Kristus adalah Firman Allah yang adalah kecerdasanNya. Anda juga berpendapat bahwa Firman Allah dinyatakan di dalam tubuh manusia. Jadi Allah hadir dengan pikiranNya dalam tubuh manusia. Tetapi bagaimana dengan Allah di atas sana? Apakah itu sulit dimengerti?

Pertanyaan ini tentu datang dari … Maksud saya, pertanyaan itu ada karena kesadaran dan persepsi yang minim. Sebagai contoh, saya akan mengajukan pertanyaan kepada seseorang: Dapatkah kecerdasan Anda dipisahkan dari diri Anda sendiri atau keberadaan Anda? Tentu saja tidak. Bagaimana kita dapat memisahkan pikiran seseorang? Itu tidak mungkin. Jadi, dimanapun Firman Allah berada, disitulah Allah berada. Ini juga diungkapkan Alkitab dalam buku Ecclesiastes, “Dimana Firman Allah berada, disana jugalah Allah berada.” Kenapa begitu? Karena Allah tak terbatas/terhingga (maha besar), begitu juga dengan pikiranNya. Jadi, dimana intelektualitas Allah ditemukan, Allah akan ditemukan juga, karena Allah itu omnipresent, dan dinyatakan di tempat-tempat khusus, tepatnya sama seperti hal berikut ini. Kami boleh mengajukan pertanyaan: Bukankah mengenai ini juga terdapat dalam Quran, surat Surah 28, 20 dan 27 ketika api menyala di tempat kudus, di sebuah pohon, dan Dia berkata kepada Musa, “Aku adalah Allah dan tidak ada allah lain selain Aku.” Lalu, siapa yang ada di surga pada saat itu?

Pembawa Acara: Pertanyaan yang benar, Bapak Zakaria.

Bapak Zakaria: Dia kan sedang ada di pohon, di bumi.

Pembawa Acara: Atau Dia meninggalkan surga dan turun ke bumi!

Bapak Zakaria: Meninggalkan surga? Tidak mungkin!

Pembawa Acara: Atau di atas gunung?

Bapak Zakaria: Ya, atau ketika Dia menyatakan DiriNya sendiri di atas gunung, apakah itulah saatnya dunia akan berakhir? Ada hal lain, ketika kami membaca buku-buku Quran, maksud saya buku-buku tentang Islam, kami menemukan hal berikut: Ini merupakan tradisi dugaan, “Allah turun ke surga yang lebih rendah pada malam ketiga terakhir.” Allah turun ke surga yang lebih rendah – Allah turun ke surga yang lebih rendah! Siapa yang ada di atas sana? Saat Dia turun, siapa yang di atas sana?

Tetapi itu bukan bahasa yang benar untuk digunakan, karena keberadaan Allah itu Mahahadir, Dia dapat dilihat di sebuah tempat khusus, Dia bisa hadir di sebuah lokasi khusus, tetapi Dia Mahahadir, benar bukan? Jadi, Allah itu Mahahadir; pikiran dan kecerdasanNya dinyatakan dan hadir di sebuah tempat khusus dan ini tidak menghalangiNya untuk berada dimanapun di saat yang sama. Benar?

Pembawa Acara:  Betul sekali. Lalu, bila orang-orang Muslim bertanya kepada kami, ketika Allah menjelma, dimanakah pikiranNya? Bahkan cara mengajukan pertanyaannya salah. Tidak bisa begitu.

Bapak Zakaria: Itu tidak masuk akal. Pertanyaan ini …, Saya ingin mengatakan tentang pertanyaan naïf ini. Ketika saya memakai kata 'naïf' ini, sebenarnya saya mencoba untuk bersikap lebih sopan. Saya lebih suka mengatakan hal-hal bodoh, jika Anda memaafkan saya. Tetapi saya lebih suka menggunakan cara yang sopan dalam berbicara. Siapapun mengajukan pertanyaan ini sebenarnya adalah orang yang naïf.

Pembawa Acara: Baik, Anda sudah menunjukkan kepada kami bukti-bukti dari Quran dan dari Alkitab.  Bisakah Anda dengan singkat memberikan kami ringkasan atas semua yang telah kita bahas di episode ini?

Bapak Zakaria: Baik, saya akan memberikan kesimpulannya. Kami telah mengatakan bahwa Kristus adalah Firman Allah yang menjadi hidup dalam seorang manusia, dan Alkitab mengatakan bahwa Firman yang juga pikiran Allah telah menjadi manusia dan Quran juga mengatakan hal yang sama: “Aku membawakan engkau berita baik tentang sebuah Firman dari Nya, yang diberi nama Isa putera Maryam.”

Dan setelah kami menguji semua pernyataan para juri dan cendekiawan dan juga melalui contoh yang telah kami jelaskan yaitu tentang tri tunggal, kami berkesimpulan bahwa Firman itu adalah Allah yang menjelma. Jadi, Kristus adalah Firman Allah yang abadi yang menjadi hidup dalam manusia. Hal itu sama ketika saya menuangkan pikiran-pikiran saya ke atas kertas, begitu jugalah pikiran Allah dinyatakan di dalam tubuh manusia. Inilah kesimpulanmya secara singkat.

Pembawa acara: Dan ini tentu saja bukan merupakan hal baru bagi teman-teman Muslim kita, karena mereka juga akan menemukan hal yang sama dalam Quran. Mereka memilikinya, hanya mereka perlu membacanya dengan lebih seksama.

Bapak Zakaria: Mereka harus menggunakan akal pikiran mereka untuk mengerti apa yang dibacanya, dan jika mereka belum dapat memahaminya, dapat bertanya.

Pembawa Acara: Maaf Bapak Zakaria, dapatkah Anda memberikan referensi ayat-ayat yang dapat dibaca? Saya tahu Anda telah menyebut Surah 4 ayat 171, saya masih ingat itu, dan juga Surah 3 ayat 35. Mohon dapat juga diberikan ayat-ayat lain yang identik untuk meyakinkan apa yang telah kita bahas.

Bapak Zakaria: Hal ini juga terdapat dalam Surah 27, 28 dan 20.

Pembawa Acara: Pemirsa yang saya kasihi, Allah itu juga seorang Bapa. Dia penuh cinta dan kasih. Dia ingin menyelamatkan kita. Pemirsa, kami telah menyebutkan sebelumnya bahwa kami akan menerima dengan senang hati semua pertanyaan Anda dan percayalah bahwa kami akan menjawab semuanya. Bila Anda ingin mendapatkan copy Alkitab, Anda dapat menuliskan surat kepada kami dan kami akan mengirimkannya kepada Anda cuma-cuma.

Terima kasih atas perhatian Anda, dan sampai jumpa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar